Kota Sundapura memiliki peranan penting dalam sejarah Nusantara, khususnya pada masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara. Sebagai salah satu pusat peradaban awal di wilayah barat Pulau Jawa, Sundapura dikenal sebagai kota dengan posisi strategis yang berpengaruh dalam perdagangan dan politik pada masa itu.
Awal tahun 2012 saya mulai mendengar kisah sejarah Sundapura, ibukota Kerajaan Tarumanegara. Konon, Sundapura merupakan kota paling megah dan ramai di Nusantara pada abad 4 Masehi.
Namun, data dan literatur tentang sejarah Sundapura tidak banyak. Ujungnya, Sundapura seperti halnya kota-kota besar lainnya di masa kerajaan, menguap dalam kabut sejarah – tidak diketahui lokasi dan keberadaannya.
Satu-satunya sumber yang menyebut sejarah Sundapura, hanyalah Naskah Wangsakerta.
Yaps, kita tahu Naskah Wangsakerta masih sarat polemik diantara para ahli. Tetapi, informasi di dalamnya sulit untuk diabaikan.
Awal Mula Sejarah Sundapura
Untuk mengetahui gambaran lengkap tentang Kota Sundapura, kita harus memulai dari kisah sejarah Kerajaan Tarumanegara.
Pada abad 4 Masehi para pengungsi dari India datang ke Tanah Sunda. Mereka berasal dari keluarga Salankaya, yang terusir akibat negerinya dihancurkan musuh.
Para pengungsi dipimpin seorang raja sekaligus resi yang bernama Jayasingawarman.
Teks Wangsakerta menyebut, rombongan itu datang ke Sungai Citarum. Dan mereka kemudian mendirikan sebuah pemukiman di sebelah barat sungai. Pemukiman itu bernama Tarumadesya atau Desa Taruma.
Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kampung Tarumadesya adalah cikal bakal kerajaan Tarumanegara, sebuah kerajaan terbesar di Nusantara pada abad 4-5 Masehi.
Tarumadesya, yang awalnya hanya sebuah perkampungan pengungsi, kemudian berkembang menjadi sebuah kota ramai, dan akhirnya membentuk kerajaan bernama Tarumanagara.
Lokasi Tarumadesya berada di pinggir Sungai Citarum, wilayah Bekasi kini. Ketika perkampungan semakin ramai dan akhirnya menjadi kota, nama Tarumadesya kemudian berubah jadi Jayasinghapura.

Pada jaman Purnawarman, raja ketiga yang memerintah tahun 395-434, Tarumanagara menjelma menjadi kerajaan terbesar di Pulau Jawa. Menggeser Kerajaan Salakanagara yang ada di ujung barat.
Purnawarman merupakan raja terbesar Tarumanagara. Dia digambarkan sebagai raja petarung dan senang berperang.
Pada masa Purnawarman itulah, kisah tentang sejarah Sundapura mulai terbentuk.
Di bawah pemerintahan Purnawarman, wilayah kekuasaan Tarumanagara semakin luas. Ada sekitar 48 kerajaan bawahan. Wilayahnya membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah.
Pantun Bogor menyebut, bahwa Purnawarman juga menyerang Kerajaan Sunda dan menjadikan semua wilayah Sunda dibawah kekuasaannya.
Pemindahan Ibukota Tarumanagara
Pada masa pemerintahan Purnawarman, ibukota kerajaan dipindah dari Tarumadesya atau Jayasinghaphura ke wilayah dekat pantai. Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada tahun 397.
Ibu kota kerajaan Tarumanagara yang baru diberi nama Sundapura.
Sundapura merupakan prototype pertama kota metropitan era kuno di Nusantara. Para pedagang asing dari berbagai wilayah berkunjung ke kota itu.
Arti Nama Sundapura
Nama Sundapura sering diartikan Kota Sunda. Nama Sundapura berasal dari kata “Sunda” yang berarti wilayah barat Pulau Jawa, dan “Pura” yang berarti kota atau benteng. Sebagai kota penting, ibukota Tarumanegara tersebut diyakini didirikan pada masa awal perkembangan Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 Masehi.
Kerajaan Tarumanegara sendiri merupakan kerajaan Hindu yang berpusat di sekitar wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Jawa Barat. Sundapura diyakini sebagai pusat pemerintahan yang dibangun untuk mengendalikan wilayah kekuasaan Tarumanegara, terutama dalam hal perdagangan dan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia.
Argumen dari pemilihan nama tersebut merujuk pada nama bangsa dan wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanagara, yakni Sunda. Namun hal ini sangat meragukan. Sunda merupakan entitas bangsa yang berbeda dari keluarga Tarumanagara yang berasal dari India.
Bagaimana mungkin Purnawarman menjadikan nama bangsa lain sebagai nama ibukotanya?
Namun ada juga versi lain yang mengartikan namanya sebagai Kota Suci atau Kota Cahaya.
Pemilihan nama tersebut, menurut saya, merujuk pada cermin visi dan ambisi Purnawarman untuk menjadikan Tarumanagara sebagai kerajaan besar dan gemilang yang bercahaya menyilaukan kerajaan-kerajaan lainnya. Itulah alasan mengapa Punawarman begitu sibuk berperang dan memperluas wilayah kerajaan.
Peran Strategis Sundapura dalam Kerajaan Tarumanegara
Sebagai kota besar pada masanya, Sundapura berfungsi sebagai pusat administrasi dan ekonomi Kerajaan Tarumanegara. Letaknya yang strategis di dekat pantai barat Jawa menjadikannya pintu gerbang bagi pedagang dari India, Tiongkok, dan wilayah lain di Asia.
Melalui Sundapura, Tarumanegara berhasil mengembangkan hubungan dagang yang erat dengan bangsa-bangsa luar, yang membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan dan agama di Nusantara.
Sundapura sebagai Pusat Kebudayaan dan Agama
Selain sebagai pusat ekonomi dan politik, Sundapura juga menjadi pusat kebudayaan dan agama. Kerajaan Tarumanegara dikenal sebagai kerajaan Hindu, dan pengaruh ini sangat terlihat di sana. Di kota ini, banyak dibangun candi-candi dan tempat ibadah Hindu yang menunjukkan kuatnya pengaruh India pada kebudayaan lokal. Hal ini menjadikan kota tersebut sebagai tempat penting untuk kegiatan keagamaan dan upacara keagamaan Hindu.
Budaya dan tradisi yang berkembang di ibukota Taruma itu menyebar juga ke wilayah-wilayah sekitarnya. Pengaruh kebudayaan ini kemudian menjadi cikal bakal perkembangan budaya Sunda yang terus hidup hingga hari ini.
Lokasi Ibukota Yang Hilang
Sekarang kita tiba pada pertanyaan tentang lokasi Kota Sundapura.
Teks Wangsakerta menyebut Sundapura berada di dekat pantai. Namun sejauh ini belum ada yang bisa memastikan lokasinya.
Ada 3 dugaan : Pertama di sekitar Tanjung Karawang dekat muara Citarum. Kedua, daerah Nusa Kalapa atau Sunda Kalapa di pesisir Jakarta sekarang. Ketiga, daerah Tugu di dekat perbatasan Jakarta – Bekasi.
Sunda Kalapa
Pendapat populer menyebut Sundapura berada di Sunda Kalapa. Di daerah Sunda Kalapa ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang membuktikan bahwa pada jaman dahulu di sana sudah ada kebudayaan kuno.
Hal itu diperkuat juga dalam tradisi lisan Pantun Pajajaran berjudul Ngadegna Nagara Pajajaran yang menyebut bahwa daerah bernama Kalapa sebagai pusat berkumpulnya bangsa India di wilayah Sunda.
Tanjung Karawang
Prediksi Sundapura berada di Tanjung Karawang berdasar pada penemuan berbagai tinggalan arkeologis bercorak Hindu Budha yang tersebar di wilayah Tanjung Karawang yang meliputi Batujaya dan Pakisjaya sekarang.
Adanya penemuan kompleks peribadatan berupa pecandian Hindu-Budha di Batujaya menunjukkan bahwa pusat kota tidak akan terlalu jauh dari pusat peribadatan.
Tugu Bekasi
Banyak orang berpendapat bahwa ibukota Tarumanegara terletak di daerah Kampung Tugu, dekat perbatasan Bekasi – Jakarta.
Salah satu dasar pendapat tersebut berasal dari ditemukannya sebuah prasasti di daerah tersebut. Prasasti itu dikenal dengan nama Prasasti Tugu. Isinya menceritakan tentang penggalian sungai bernama Gomati dan Candrabagha.
Dasar penguat kota itu berlokasi di daerah Tugu juga bisa dilacak pada sisi topografi. Jika kita mempelajari peta tua akan nampak suatu hasil pemetaan yang menarik terkait wilayah Tugu.
Dalam peta tua, daerah Tugu digambarkan sebagai sebuah wilayah yang diapit oleh dua buah sungai. Salah satu sungainya bernama sungai larangan, yang secara budaya, biasanya merupakan sungai dengan kisah dan jejak sejarah kuno.
Sundapura Setelah Runtuhnya Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara runtuh pada abad 7, tahun 669 Masehi. Raja terakhirnya adalah Linggawarman.
Tahta kerajaan diserahkan pada menantu Linggawarman yang bernama Tarusbawa. Dan Tarusbawa kemudian mengganti nama kerajaan menjadi Sunda. Ibukota juga dipindah ke wilayah pedalaman Bogor sekarang.
Setelah tidak lagi jadi pusat kekuasaan, Kota Sundapura belum hilang dari sejarah. Kota tersebut memainkan perannya sebagai salah satu bandar perdagangan maritim Pulau Jawa dan Sumatera.
Perang Sriwijaya dan Kediri
Sejarah kota Sundapura masih berlanjut pada abad 12 Masehi. Pada masa itu wilayah bekas Tarumanagara berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Itulah sebabnya di Jawa Barat banyak ditemukan tinggalan arkeologis bercorak melayu atau Budha.
Budha merupakan agama resmi Sriwijaya, sedangkan Tarumanagara menganut Hindu. Hal ini menjelaskan mengapa Pecandian Batujaya memiliki corak perpaduan Hindu-Budha.
Namun kekuasaan Sriwijaya di wilayah Jawa mendapat tentangan dari Kerajaan Kediri. Kedua kerajaan akhirnya sering terlibat peperangan. Dan atas saran Kaisar China, kedua kerajaan diminta untuk berdamai.
Sundapura kemudian dipilih menjadi tempat diadakannya perjanjian perdamaian antara Kerajaan Kediri dan Sriwijaya.
Setelah era kerajaan Sriwijaya dan Kediri, nama kota Sundapura lalu mulai hilang. Baru pada abad 15 muncul indikasi berdasarkan pembacaan Prasasti Kabantenan, bahwa kota itu masih berdiri namun hanya berupa sebuah perkampungan dengan nama Sunda Sembawa.
Sundapura merupakan kota tua yang mampu bertahan melintasi beberapa fase kekuasaan : Tarumanagara, Sriwijaya, dan Sunda.
Pada masanya kota itu bukan hanya sebuah pusat kekuasaan politik. Tapi juga, sebuah bandar perdagangan maritim antar negara.
Selain pudarnya kekuasaan Tarumanagara, kemunduran Sundapura konon disebabkan juga Tsunami Krakatau.
Baca Juga : Sejarah dan Mitos Kuta Tandingan Karawang Yang Legendaris
Sejarah Kemunduran Sundapura
Berdasarkan banyak sumber literasi, Gunung Krakatau Purba diketahui pernah meletus dahsyat dan membuat gelap separuh dunia. Peristiwa itu diperkirakan terjadi tahun 416. Ada juga yang menyebut tahun 535. Tidak ada perhitungan waktu yang pasti.
Letusan itu sangat dahsyat dan menimbulkan tsunami di sepanjang pesisir laut utara. Dan Sundapura yang berada di pinggir pantai ikut hancur.
Bencana tsunami tersebut yang sering jadi dasar penjelasan sebab musabab terkuburnya komplek Pecandian Batujaya selama ratusan tahun.
Peristiwa tsunami Krakatau Purba juga tercatat dalam tradisi pantun Sunda. Bencana tersebut tidak hanya menenggelamkan kota, tapi juga menghancurkan kerajaan Sunda seperti Kuta Tambaga.
Dampak letusan Krakatau Purba sangat dahsyat. Namun Kota Sundapura mampu bertahan dari bencana maha dahsyat tersebut. Dan konon, sebagian rakyat an keluarga kerajaan Tarumanagara ada yng menyelamatkan diri ke wilayah Pegunungan Sanggabuana. Di sana mereka mendirikan kerajaan kecil.
Warisan Sejarah Sundapura
Walaupun peran Sundapura menurun seiring dengan berakhirnya Kerajaan Tarumanegara, jejak sejarah kota ini tetap bertahan. Beberapa situs arkeologi yang ditemukan di wilayah Jawa Barat memberikan gambaran tentang kemegahan kota tersebut pada masa lalu. Selain itu, banyak tradisi dan budaya di wilayah Jawa Barat yang masih mempertahankan unsur-unsur kebudayaan yang berkembang pada masa kejayaan Sundapura.
Hari ini, Sundapura mungkin hanya dikenal dalam catatan sejarah, tetapi pengaruh dan kontribusinya terhadap perkembangan wilayah Nusantara tidak bisa diabaikan. Kota ini adalah simbol kejayaan masa lalu dan bukti kuatnya pengaruh Kerajaan Tarumanegara dalam membentuk sejarah wilayah barat Pulau Jawa.