Wirausaha Budaya atau Culturalpreneur adalah istilah yang belum terlalu populer di Indonesia. Sepengetahuan saya, di luar negeri juga belum terlampau massif. Tidak sepopuler istilah Digitalpreneur atau Socialpreneur. Di microblogging seperti Medium saja artikel yang menyinggung Wirausaha Budaya minim sekali. Penelusuran di Google Searching juga belum terlalu banyak.
Nah, di artikel ini kita akan jelajahi tentang Wirausaha Budaya. Kita perkaya literasi kewirausahaan kita. Juga itenari kebudayaan sebagai warga negara. Dan menurut saya, jika Anda seorang wirausaha dan terutama menyukai budaya lokal di daerah Anda, tulisan ini akan sangat bermanfaat. Oke, kita gas.
Kenalan Sama Wirausaha Budaya
Wirausaha Budaya atau Wirausaha Budaya adalah istilah yang merujuk pada orang yang memberdayakan aset budaya seperti seni tradisi, bangunan heritage, kuliner lokal atau bentuk local wisdom lainnya sebagai modalitas pengembangan bisnis dan kepedulian sosialnya.
Definisi Wirausaha Budaya lainnya menyebut bahwa Wirausaha Budaya adalah konsep bisnis yang menekankan pada pemanfaatan warisan budaya untuk tujuan kewirausahaan dan pengembangan kota. Ini menarik. Sasarannya bukan hanya profit ekonomi, tapi juga lingkungan.
Wirausaha Budaya merupakan bagian dari Ekonomi Baru (New Economies) yaitu Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge-based Economy). Ekonomi ini berfokus pada produksi dan penggunaan pengetahuan, informasi, dan teknologi sebagai aset utama.
Wirausaha Budaya potensial untuk dikembangkan karena umumnya aktivitas ini mengeksplorasi sumber daya setempat (seperti objek arkeologi, kesenian setempat) sehingga komoditas yang dihasilkan akan bersifat unik, berbeda dari yang lain. Ikatan dengan komunitas setempat juga membuat bisnis ini akan berkelanjutan. Pada gilirannya, pengetahuan ini dapat dikapitalisasi untuk tujuan sebagaimana disebut di atas, yaitu kewirausahaan dan pengembangan kota.
Bagi seorang Wirausaha Budaya, negara dengan kekayaan budaya melimpah seperti Indonesia adalah surga bagi ide dan akselerasi tindakannya. Dia punya banyak bahan baku untuk dieksplor.
Potensi Kearifan Lokal
Wirausaha Budaya atau Kewirausahaan Berbasis Budaya memiliki potensi besar untuk menjadi agung, berkembang dan sukses di Indonesia. Saya punya pendapat seperti itu. Alasannya, Indonesia memiliki banyak sekali jumlah dan keragaman budaya.
Dasar yang perlu digunakan dalam pengembangan Wirausaha Budaya atau bisnis berbasis warisan budaya adalah kegiatannya harus berkelanjutan atau sustainable dan memiliki landasan akademis atau ilmiah berbasis data. Harus ada perencanaan dan strategi pengelolaan napas panjang. Sama seperti usaha-usaha lainnya.
Pada sisi keberlanjutan, pendekatan partisipatoris perlu dilibatkan. Kolaborasi dan keterlibatan dari pihak lain seperti masyarakat atau ekosistem menjadi kunci penting keberhasilan membangun Kewirausahaan Berbasis Budaya. Jangan jalan sendiri. Apalagi slonong boy.
Pada sisi akademis, kajian-kajian perlu dilakukan untuk mendukung pemanfaatan Warisan Budaya agar dapat berjalan pada koridor pelestarian. Jadi tidak semata-mata hanya pemanfaatan untuk kepentingan ekonomi. Gunakan data untuk akurasi informasi. Kearifan lokal memiliki banyak kemelekatan dengan unsur X. Bangun literasi yang strong disekitar warisan kebudayaan yang akan dikembangkan.
Cara Mengembangkan Wirausaha Budaya
Oke, di atas kita sudah tahu apa itu Wirausaha Budaya dan Wirausaha Budaya. Next-nya apa? Kita bicara cara pemanfaatannya. Terutama di wilayah perkotaan.
Pemanfaatan sumber daya kebudayaan di perkotaan dari sisi Wirausaha Budaya antara lain adalah sebagai venue, dan sebagai inspirasi pengembangan komoditas.
Sebagai venue, warisan budaya di perkotaan dapat digunakan untuk tempat kegiatan edukatif budaya, tempat kegiatan rekreatif, atau lokasi kegiatan ekonomi lain. Contohnya adalah M-Bloc Space di Jaksel dan Rest Area Heritage KM 260B di Brebes.
M Bloc Space adalah ruang publik kreatif yang berdiri di atas lahan bekas gudang percetakan uang Peruri yang berdiri pada 1955. Kompleks bangunan itu sebelumnya bak rumah hantu, sepi dan gelap dengan pagar tinggi. Kini di sana ramai dengan kafe, resto, creative space, panggung musik, dan market space.
Sedangkan Rest Area Heritage KM 260B di Brebes adalah bangunan bekas pabrik gula Belanda Banjaratma. Tahun 2019 bangunan bekas pabrik itu dirubah jadi rest area keren.
Sumber daya kebudayaan juga bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi komoditas, dimana berbagai objek dapat dipelajari untuk di create menjadi produk-produk bernilai jual, seperti kerajinan. Atau bisa juga untuk kegiatan edukasi/rekreasi seperti workshop dan tour/wisata warisan budaya.
Pemanfaatan sumber daya kebudayaan sebagai inspirasi komoditas, contohnya adalah English Heritage. Saya sangat menyukai konsep English Heritage.
Restorasi Local Widom
Pengembangan Wirausaha Budaya juga dapat dilakukan dengan aktivitas restorasi bangunan warisan budaya (heritage). Bangunan cagar budaya harus direnovasi dengan tenaga ahli yang kompeten. Dan upaya ini akan membuka peluang untuk pengembangan bisnis renovasi bangunan sehingga tetap terjaga nilai pentingnya ketika dimanfaatkan. Pendekatan ini disebut Adaptif Reuse. Adaptive Reuse didefinisikan sebagai proses estetika yang mengadaptasi bangunan untuk penggunaan baru sambil mempertahankan fitur historisnya.
Adaptive reuse melindungi nilai sejarah dan arsitektur. Bentuk adaptive reuse yang dilakukan berupa pemanfaatan ruang yang sudah ada dan penambahan ruangan yang dilakukan dengan cara dilakukannya penyekatan.
Output pengembangan Wirausaha Budaya, dapat mendatangkan keuntungan secara finansial. Di sisi lain dapat ikut menjaga dan mengenalkan warisan budaya. Selain itu, juga mendapatkan manfaat edukasi yang disebarkan melalui komoditas yang dihasilkan, dan mendapatkan sumber inspirasi.
Mulai Jadi Wirausaha Budaya
Wirausaha Budaya merupakan kombinasi antara kegiatan budaya (culture) dan kewirausahaan (entrepreneurship) yang melibatkan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan dan mempromosikan produk atau layanan yang terkait dengan budaya, seni, tradisi, atau warisan lokal suatu komunitas.
Sekarang kita coba mengkerucut lebih tajam. Bagaimana teknis menjadi seorang Wirausaha Budaya dan mengembangkannya? Kita jelajahi langkah-langkah berikut.
Identifikasi potensi heritage yang tersedia, misalnya mengetahui bentuk tinggalan arkeologis, sejarah, kesenian dan nilai-nilai yang terkandung, serta hubungannya dengan masyarakat.
Buat rencana bisnis dan identifikasi peluang, yaitu mencari cara untuk memanfaatkan tinggalan tersebut dari sisi bisnis, misalnya untuk mengembangkan produk baik benda maupun layanan semacam even budaya, edukasi, maupun wisata.
Membangun produk dan bangun brand serta identitas yang kuat dengan memahami nilai-nilai budaya yang ingin diwakili dan mencerminkan identitas bisnis.
Validasi konsep bisnis ke pasar sebelum meluncurkan produk. Identifikasi target pasar potensial dan minta umpan balik untuk mengetahui apakah produk akan mendapatkan tempat.
Lakukan pemasaran dan promosi yang efektif. Dalam hal ini, informasi tentang tinggalan arkeologis yang diambil dapat menjadi bagian dari pesan pemasaran untuk menarik minat konsumen.
Membentuk jaringan, kemitraan dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti komunitas lokal, lembaga budaya, atau pelaku industri lain, untuk mendapatkan dukungan, meningkatkan visibilitas, serta memperluas jangkauan bisnis. Cari juga cara untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Melakukan evaluasi dan buat penyesuaian jika perlu, untuk beradaptasi dengan perubahan tren atau keperluan konsumen.
Wirausaha Budayaship dapat diterapkan dalam berbagai industri. Beberapa industri yang menggunakan pendekatan Wirausaha Budayaship adalah seni, kerajinan, pariwisata budaya, makanan tradisional, mode, desain, festival budaya, dan pendidikan seni dan budaya.
Apresiasi Wirausaha Budaya
Inisiasi pengembangan dan penghargaan terhadap Wirausaha Budaya di Indonesia telah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Pada 2015, PT Njonja Meneer melalui Yayasan Neera Ayu telah mendorong pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dengan memberikan penghargaan Wirausaha Budaya Award.
Pada Apresiasi Wirausaha Budaya 2015, Yayasan Neera Ayu menjaring 33 peserta dari seluruh Indonesia, dan terseleksi 5 nominator. Kemudian ditentukan 3 peserta terbaik. Indikator yang digunakan untuk menentukan adalah, pertama kegiatan yang dilakukan . Kedua, dampak kegiatan baik lokal maupun nasional. Ketiga, keberlanjutan kegiatan dari sisi inovasi dan kewirausahaan.
Seberapa Penting Wirausaha Budaya?
Wirausaha Budaya memahami dan menggunakan budaya untuk mendorong keunggulan kompetitif dan pertumbuhan luar biasa tidak hanya dalam bisnis tetapi juga pada orang-orangnya dan pada akhirnya masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan dunia yang lebih baik. Ya, saya pikir eksistensi Wirausaha Budaya sangat penting dan perlu.
Menumbuhkan semangat dan eksistensi Wirausaha Budaya atau Wirausaha Budaya adalah kebutuhan bagi suatu daerah. Wirausaha Budaya adalah generasi pemimpin dan inisiator yang memiliki kepedulian untuk melakukan perubahan dan kolaborasi. Mereka merancang ide dan kepeduliannya untuk mengembangkan potensi lokal dan mendayagunakannya untuk pertumbuhan semua.
Di negara kita, kebudayaan sering dipahami sebagai produk tradisi. Ada kekuno-an yang melekat. Bahkan, oleh kaum muda diparadigmakan sebagai produk masa lalu yang tidak memiliki daya pikat bagi masa kini dan masa depan. Dengan begitu, budaya sulit untuk diterima oleh kalangan kekinian.
Kreasi Wirausaha Budaya adalah solusi inovatif untuk menghadirkan atribut kebudayaan dalam semangat zaman. Mereka mendorong inovasi produk, mengkreasi perubahan standar lingkungan dan bangunan (placemaking), dan menghadirkan transformasi local wisdom yang segar.
Lakukan Saja Mas Bro …
Wirausaha Budaya merupakan suatu bentuk kewirausahaan yang unik, karena menekankan pemanfaatan pada potensi lokal dan memiliki nilai budaya. Wirausaha Budaya memeras upaya untuk mengenal potensi lokal yang ada di kota kita, dan kemudian merumuskannya menjadi suatu produk bernilai ekonomis tanpa menghilangkan unsur historis dan keunikannya.
Saya memulai wirausaha Wirausaha Budaya sejak tahun 2012. Diawali dengan usaha penerbitan majalah promosi pariwisata lokal bernama Promo Karawang. Pada tahun-tahun selanjutnya saya mendirikan Penerbitan Sundapura, satu-satunya publishing di Kota Karawang yang berfokus pada penggalian dan penerbitan literasi lokal. Anda bisa lihat buku-buku karya saya di Shop ini. Dan mulai tahun 2017 saya memulai proyek yang lebih serius terhadap pemanfaatan venue dan komoditas budaya lokal dengan menginisiasi lahirnya Karawang Heritage, termasuk lini usahanya.
Melihat pentingnya Wirausaha Budaya, sudah saatnya generasi muda juga melirik Wirausaha Budaya sebagai konsep bisnis yang menarik karena terintegrasi dengan upaya pelestarian sejarah dan budaya kotanya.
Wirausaha Budaya memiliki potensi untuk berkembang karena setiap daerah di Indonesia kaya dengan warisan budaya dan sejarah. Jadi, lakukan saja Mas Bro. Pelajari warisan budaya di kotamu, petakan peluang dan perencanaan bisnisnya. Lakukan saja Mas Bro, pelajari pengetahuan budayanya sambil jalan. Atau jika ingin mendapatkan pengetahuan dasar tentang Wirausaha Budaya secara praktis, bisa ikuti pelatihannya.