Ini perjalanan Sejarah Karawang Jadi Kota Industri Terbesar di Asia Tenggara.
Karawang adalah kota industri terbesar di Asia Tenggara. Ada ribuan pabrik dalam berbagai skala yang beroperasi di kota Karawang. Hal itu membuat Karawang dijuluki Kota Industri. Bagaimana sejarah-nya Karawang hingga menjadi kota industri yang diminat banyak investor?
Sejarah Karawang Jadi Kota Industri
Karawang tidak hanya terkenal dengan Goyang Karawang-nya. Karawang, dikenal juga sebagai Kota Pertanian dan disebut Lumbung Padi Nasional.
Sejarah Karawang sebagai kota industri muncul sejak era Orde Baru. Namun infrastruktur industri-nya berupa lahan-lahan kosong bekas Tegalwaru Landen, telah tersedia sebelum era kemerdekaan.
Sejarah Pertanian Karawang
Pada awalnya Karawang merupakan kawasan pertanian. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Sejarah pertanian Karawang tercatat sejak abad 5 Masehi, masa Kerajaan Tarumanegara.
Sejarah pertanian Karawang berlanjut pada abad 17. Saat itu Sultan Agung dari Mataram mem-plot wilayah Karawang sebagai basis logistik berupa lahan pertanian untuk menyerang Batavia. Pusat pertanian awalnya di Udug-Udug, Ciampel.
Produk pertanian Karawang sempat menjadi komoditi bagi Mataram. Beras dari Karawang dikirim ke Mataram melalui pelabuhan Ciparage. Tapi mulai tahun 1677, Karawang tidak lagi dibawah kekuasaan Mataram. Karawang diserahkan oleh Mataram kepada VOC.
Kisah Tegalwaru Landen
Pada tahun 1870, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan UU Agraria (de agrarische wet) yang diatur dalam Staatsblad No 71 tanggal 9 April 1870. UU Agraria menyatakan bahwa setiap tanah yang bukan merupakan Tanah Adat dikuasai oleh negara.
Atas dasar UU tersebut, Pemerintah Kolonial diperbolehkan menyewakan tanah kepada pihak swasta atau partikelir. Tujuannya adalah agar Pemerintah Kolonial mendapatkan kas pemasukan sebesar-besarnya dari bisnis penyewaan tanah. Lahan disewakan selama 75 tahun.
Di wilayah Karawang, Pemerintah Kolonial menyewakan tanah dari mulai Ciampel, Telukjambe, Pangkalan dan Tegalwaru kepada tuan tanah Cina bernama Tan Goan Pauw. Kawasan lahan yang disewakan tersebut dinamakan Tegalwaru Landen. Di lahan itu ditanami kopi, palawija dan sebagainya.
Kawasan perkebunan itu yang kelak akan menjadi lahan bagi berdirinya kawasan industri di Karawang.
Visi Agraris Orde Lama
Setelah Indonesia merdeka, lahan yang sebelumnya dikuasai Belanda dibagikan sebagai hak milik kepada para petani penggarap. Sedangkan tanah kongsi atau tanah yang tidak digarap oleh rakyat, diambil alih pemerintah. Pengelolaan lahan tersebut berada di bawah naungan Kementerian Perhutanan.
Pada masa Orde Lama, Karawang direncanakan menjadi lumbung pangan nasional. Upaya perencanaan itu ditunjang oleh luasnya areal persawahan serta ketersediaan distribusi air melalui bendungan Walahar yang dibangun oleh Belanda. Pemerintah Sukarno mendirikan badan penelitian padi di Karawang untuk mendukung program tersebut.
Tahun 1962, Pemerintah Soekarno menggelar kegiatan Hari Tani Nasional di Karawang. Hal itu merupakan langkah awal Orde Lama untuk membangkitkan potensi pertanian Indonesia.
Namun pada penghujung 1990, arah pembangunan Karawang mulai berubah. Karawang persiapkan jadi kawasan industri baru.
Revolusi Hijau Orde Baru
Pada masa Orde Baru, Karawang menjadi salah satu sasaran Penerapan Revolusi Hijau.
Tahun 1970 hingga 1980, pemerintahan Orde Baru melakukan investasi besar-besaran terhadap sektor pertanian. Pemerintah membangun dan mengembangkan program modernisasi pertanian yang bertujuan untuk menigkatkan produksi pertanian Indonesia. Progrm itu dinamakan juga Revolusi Hijau.Melalui Program Revolusi Hijau, petani dikenalkan dengan penggunaan pupuk buatan, pestisida, bibit unggul, peralatan pertanian modern dan sistem budidaya pertanian yang baru.
Program Revolusi Hijau cukup berhasil di Karawang. Pada tahun1984, produksi pertanian Karawang mencapai puncaknya. Capaian itu menempatkan Indonesia negara swa sembada beras.
Upaya menjadikan Karawang sebagai basis pertanian tidak berlangsung lama. Pada tahun 1989 Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres Nomor 53 Tahun tentang Pengembangan Kawasan lndustri di Kabupaten Karawang. Sejarah Karawang menjadi kota industri-pun dimulai.
Rencana pembangunan industri berdampak pada pembebasan lahan secara massif. Sebanyak 538 hektare tanah darat di bagian selatan Desa Sukaluyu milik 87 orang petani dijual dengan harga murah. Hal itu melibatkan peran para calo. Itulah pembebasan lahan pertama di Karawang.
Pembangunan Industri Pertama di Telukjambe
Investor yang pertama kali masuk yaitu Sinar Mas yang membangun kawasan industri terbesar KIIC (Karawang International Industrial City), dan perusahaan Jepang Itochu.
Di samping membangun kawasan industri, dibangun pula perumahan nasional (perumnas) Bumi Teluk Jambe sebagai penunjang di bagian utara Desa Sukaluyu. Inilah pembangunan perumnas pertama di wilayah desa.
Pembangunan perumnas seluas 186 hektare itu meliputi tiga desa, yakni Wadas, Sukaluyu, dan Sukaharja. Sepanjang 1994-1995, pemerintah mengalihfungsikan 174 hektare sawah menjadi kawasan perumahan.
Menurut aturan tata ruang, zona industri Karawang difokuskan pada beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Telukjambe Timur, Cikampek, Klari, Purwasari, Pangkalan, dan Rengasdengklok.Luas lahan industri mencapai 13.756.358 hektar.
Jumlah Pabrik Di Karawang
Sampai dengan tahun 2018, jumlah pabrik yang beroperasi di Karawang sebanyak 1.762 pabrik. Rinciannya, pabrik swasta sebanyak 787, PMDN 269, PMA sebanyak 638, dan Joint venture tercatat sebanyak 58 pabrik.
Karawang Kota Industri Terbesar se Asia Tenggara
Dengan banyaknya investor masuk, akhirnya menempatkan Karawang sebagai kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Ada beberapa kawasan industri seperti : Industri Kujang, Indotaisei, Mandala Putra, KIIC, Suryacipta, dan KIM.
Kawasan industri Surya Cipta merupakan kawasan industri terbesar di Karawang timur. Suryacipta, pengembang dan pengelola Kota Industri Suryacipta memiliki lahan seluas 1,400 hektar.
Suryacipta menjadi kawasan industri yang nyaman bagi industri otomotif, consumer goods, elektronik, farmasi, dan industri bahan bangunan.
Perusahaan nasional dan multinasional yang sudah menetap di Suryacipta antara lain Daihatsu, Isuzu, Bekaert, Bridgestone, TVS, JVC, GS Battery, Nestle, Kopi Kapal Api, Miwon, Wijaya Karton, Beta Pharmacon dan masih banyak lagi. Beberapa diantaranya bisa lihat di SINI.
Kawasan Industri Karawang Barat
Kawasan industri terbesar di Karawang Barat adalah KIIC (Karawang International Industrial City). KIIC adalah Kawasan Industri seluas +/- 1.500 ha yang beroperasi sejak 1993.
Dikembangkan oleh Itochu Corp, perusahaan penyewa KIIC sebagian besar berasal dari Jepang.
KIIC dihuni sekitar 160 perusahaan dari seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan dari Eropa, Amerika, Asia Tengah, dan Asia Tenggara ini mengembangkan sayap ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan domestik dan internasional dengan mendirikan basis manufaktur di KIIC.
Perusahaan besar yang beroperasi di KIIC diantaranya Toyota, Daihatsu, Yamaha, Isizu, Toyoda, Uni Charm, Sharp, Mitsubishi dan banyak lagi.
Alih Fungsi Lahan Pertanian Karawang
Dengan banyaknya proyek pembangunan industri, banyak area pertanian Karawang tergusur.
Data Dinas Pertanian Kabupaten Karawang mencatat, laju alih fungsi lahan dalam kurun waktu 1989-2007 mencapai 135,6 hektare per tahun. Pada 1981 terdapat 12,114 hektare sawah di Karawang. Angkanya surut drastis pada tahun 2000, dengan tersisa 2497 hektare.
Akibat makin sempitnya persawahan, industri beras terputus. Banyak warga beralih profesi dari petani menjadi pedagang kecil, buruh pabrik, tukang ojek, atau dan kuli.