Kampung Pindang adalah sebutan untuk Kampung Peundeuy di Desa Cicinde Utara Kec. Banyusari Kab. Karawang. Disebut Kampung Pindang karena selama puluhan tahun hampir 100 % warganya berprofesi sebagai pengolah dan pedagang pindang (ikan/cue).
Sejarah Dari Jaman Belanda
Sumber Bahan Baku
Ikan bahan baku datang dari perairan dalam dan perairan dangkal: misalnya dari wilayah Subang, Indramayu, Cirebon untuk ikan-ikan kecil/dangkal; sedangkan ikan laut dalam bisa dipasok dari daerah lebih jauh seperti wilayah perairan laut Indonesia bahkan import jika perlu. Dengan adanya jaringan pasokan yang luas, Kampung Pindang bukan penghasil ikan mentah (penangkapan), melainkan pengolah/memasak dan memasarkan produk pindang.
Sejarah Kampung Pindang Masa Kini
Sejarah Kampung pindang di Karawang telah berusia cukup tua. Kini, usaha itu telah menjadi motor penggerak ekonomi desa yang sangat luar biasa. Para pengrajin ikan pindang di Kampung Pindang bisa mengumpulkan uang mencapai miliaran rupiah dalam setiap bulannya. Produksi harian diklaim bisa mencapai 1 ton per hari Produksi tahunan untuk wilayah Cicinde secara keseluruhan disebut lebih dari 50.000 ton pindang.
Sekitar 75–80 orang di kampung tersebut secara langsung bekerja sebagai pengrajin ikan pindang. Selain pengolah, banyak warga terlibat dalam rantai pasokan mulai dari pengumpulan ikan, pengemasan, distribusi, hingga pedagang. Usaha pindang menyerap tenaga lokal dalam jumlah cukup besar.
Kampung Pindang telah ditetapkan oleh Pemda Karawang sebagai desa wisata kuliner, memanfaatkan keunikan budaya pindang Peundeuy. Pemerintah daerah dan pelaku lokal sudah melihat peluang menjadikan Kampung Pindang sebagai destinasi wisata kuliner lokal—memanfaatkan nilai historis, praktik pengolahan tradisional, dan cita rasa khas pindang Karawang. Penguatan sektor pariwisata kuliner, pelabelan geografis, serta peningkatan kualitas pengemasan dapat membuka akses pasar baru dan meningkatkan pendapatan warga. Selain itu, penguatan koperasi, akses pelatihan manajemen usaha, serta pendampingan teknis untuk sanitasi dan pengemasan vakum dapat membantu menaikkan nilai tambah produk. Potensi pengembangan ekonomi kreatif juga terbuka lebar.
Warisan budaya yang bernilai ekonomi
Kampung Peundeuy (Kampung Pindang) adalah contoh bagaimana praktik budaya dan ketrampilan lokal menjadi pondasi ekonomi. Dari tungku sederhana di halaman rumah sejak zaman Belanda hingga sentra pengolahan yang kini menyuplai pasar luas, tradisi pindang di Cicinde Utara menyatukan aspek identitas budaya dan peluang kesejahteraan. Tantangan teknis dan pasar tetap ada, namun dengan pendampingan yang tepat — mulai dari pengemasan, pembukuan, hingga akses pasar — Kampung Pindang memiliki potensi menguatkan posisinya sebagai ikon kuliner dan pilar ekonomi perdesaan Karawang. Sejarah Kampung Pindang menjadi warisan budaya yang sangat bernilai bagi Masyarakat Karawang.